Rabu, 15 Oktober 2014

Pertanian Berbasis Kearifan Lokal




Menurut Ardhana (2005), kearifan lokal dapat diartikan sebagai perilaku bijak yang selalu menggunakan akal budi, pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam suatu wilayah geografis tertentu. Dalam kearifan lokal ada karya atau tindakan manusia yang sifatnya bersejarah, yang masih diwarisi masyarakat setempat. Perilaku bijak ini biasanya adalah tindakan, kebiasaan atau tradisi, dan cara-cara masyarakat setempat yang menuntun untuk hidup tenteram, damai dan sejahtera.
Memahami kearifan lokal dapat dilakukan melalui pendekatan struktural, kultural dan fungsional (Ardhana, 2005). Menurut perspektif sturktural, kearifan lokal dapat dipahami dari keunikan struktur sosial yang berkembang dimasyarakat, yang dapat menjelaskan tentang institusi atau organisasi sosial serta kelompok sosial yang ada.
Ardhana (2005), menjelaskan bahwa menurut perspektif kultural, kearifan lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan masyarakat yang menjadi pedoman hidup mereka, termasuk mekanisme dan cara untuk bersikap, bertingkah laku dan bertindak yang dituangkan dalam suatu tatanan sosial.
Menurut perspektif fungsional, kearifan lokal dapat dipahami bagaimana masyarakat menjalankan fungsi-fungsinya, yaitu fungsi adaptasi, integrasi, pencapaian tujuan dan pemeliharaan pola.
Pengembangan kearifan lokal dalam sebuah komunitas masyarakat, terutama masyarakat yang menjadikan pertanian sebagai fokus utama mata pencaharian pada saat ini cukup urgen. Kondisi alam yang tidak menentu akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global memaksa masyarakat, khususnya petani melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi tersebut.
Sementara disisi lain, tradisi sebuah komunitas minoritas tetap dipertahankan sebagai warisa budaya dan leluhur, keyakinan yang teguh terhadap warisan tersebut menjadikan mereka tidak mengikuti perubahan jaman, pengabaian terhadap teknoligi dan penggunaan hasil kebudayaan modern juga tetap dipertahankan.
Urgensi penggunaan dan pengembangan kearifan lokal pada sisi tertentu dianggap penting terutama dalam hal pengelolaan lingkunga, pengelolaan air dan tanah dan pola budidaya yang unik. Stratifikasi penataan ruang kedalam tiga ruang merupakan kebijakan yang berdampak pada selalu tersedianya air sebagai kebutuhan utama dalam kehidupan, penggunaan bahan-bahan alami, pengelolaan dan pembukaan lahan yang tidak besar-besaran serta pelarangan penebangan dengan penggunaan mesin pemotong dan manual juga berdampak pada masih lestari vegetasi
Krystyna Swiderska, peneliti senior pada International Institute for Environment and Development (IIED) di London, Inggris dalam satu ulasannya menyatakan bahwa komunitas yang hidup akrab dengan alam secara berlanjut menciptakan pendekatan inovatif dalam pertanian maupun sektor lainnya. Mereka membangun pengetahuan dan praktek yang mengalami perbaikan dari generasi ke generasi. Contohnya, petani di berbagai penjuru dunia bereksperimen dengan tanaman lokal untuk mengembangkan varietas yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan kekeringan atau hama. Dari segi perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk, inovasi tradisional demikian nerupakan sesuatu yang bernilai.
Kecenderungan untuk melakukan inovasi pertanian modern secara ilmiah memang memberi solusi terhadap masalah mendesak. Tetapi kebijakan inovasi demikian yang dari atas ke bawah (top-down approach) melalaikan bentuk-bentuk inovasi tradisional yang sudah berlangsung lama dan meluas. Petani lalu berada dalam posisi sebagai pelaku bentuk inovasi yang diterima dari luar. Kemampuan petani, khususnya petani kecil beradaptasi dengan tantangan iklim terus terkikis.
Dampak negatif lainnya termasuk terjadinya kemerosotan tajam keragaman hayati dan budidaya. Menurut catatan Badan Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, dalam satu abad lebih sedikit belakangan ini, pertanian modern telah melenyapkan bagian terbesar keragaman tanaman di planet bumi. Sekarang, diet 95% penduduk bumi tergantung pada hanya sekitar 30 jenis tanaman saja.


Sumber : http://tabloidsinartani.com dan http://johnnduka.blogspot.com

1 komentar: